CHAUVINISME
-BUDAYA MENCINTAI YANG BERLEBIHAN
Budaya mencintai bangsa sendiri, baik ras, golongan, bangsa dan kelompok menjadi
suatu hal yang wajar atau mungkin malah menjadi kewajiban yang harus mereka
laksanakan. Namun bagaimana jika budaya mencintai tersebut dilaksanakan secara
berlebihan bahkan beralih fungsi ke portal pendewaan bagi masing-masing
golongan dan kelompoknya sendiri tanpa menghiraukan golongan atau kelompok
lain?
Ya, budaya mencintai kelompok dan golonganya
sendiri secara berlebihan inilah yang disebut chauvinisme. Kalau dalam lingkup
suatu Negara terdapat perbedaan tipis antara chauvinism dengan nasionalisme.
Pengertian chauvinisme bagi suatu Negara identik dengan rasa cinta tanah air
dengan menganggap bangsa dan ras lain jauh berada dibawah kelompoknya.
Contohnya seperti yang dikemukakan oleh A Hitler dengan kalimat “Deutschland Uber”. Alles in der Welt
(Jerman di atas segala-galanya dalam dunia) yang merupakan slogan pendewaan
bagi Negara jerman.
Kita semua terlanjur munafik jika berurusan
dengan istilah chauvinisme ini.
Kenapa? Karena hampir di semua Negara atau bangsa chauvinism tumbuh, membangun
pagar pemisah kasat mata. Chauvinism menimbulkan perbedaan arti terhadap rasa
cinta terhadap golongan atau kelompoknya sendiri. Chauvinisme memunculkan
pembatas di antara individu dan kelompok lain yang berbeda.
Sebuah contoh nyata bagi para mahasiswa adalah
chauvinism dalam portal kampus. Ketika awal mula penerimaan mahasiswa baru, solidaritas
mereka para mahasiswa baru, tumbuh hanya
di antara satu kelompok atau golongan yang berasal dari daerah yang sama saja.
Mereka enggan bersosialisasi dengan kelompok lain di sekitar mereka. Misalnya
seperti ini, jika saya sedang berada di daerah A, sedang saya berasal dari
daerah B. Maka biasanya saya akan mencari teman dari daerah B terlebih dahulu
sebelum mencari teman dari daerah A. Mengapa? Karena akan lebih mudah menerima
persamaan budaya dibandingkan perbedaanya saat kita merasa asing dengan daerah
tertentu.
Yah, Itu contoh nyata yang kita lihat di
kampus. Para mahasiswa baru cenderung bergaul dengan mereka yang berasal dari
satu daerah dan enggan berkumpul bersama mereka yang berasal dari daerah lain.
Potret virus chauvinisme ini bahkan juga
merebak di lingkup fakultas. Masing-masing mahasiswa dari jurusan yang berbeda
cenderung akan mengagung-agungkan jurusanya sendiri. Mereka bahkan enggan
memuji dan mengakui kelebihan dari jurusan lain. Bagi mereka jurusan mereka lah
yang paling utama, paling bagus, paling keren. Mereka mendewakan jurusan
masing-masing. Memberi supporter yang berlebihan hingga menimbulkan perbedaan
dan kesenjangan.(Hilda Inaya I )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar