Senin, 21 Oktober 2013

CHAUVINISME

CHAUVINISME-BUDAYA MENCINTAI YANG BERLEBIHAN


Budaya mencintai bangsa sendiri, baik  ras, golongan, bangsa dan kelompok menjadi suatu hal yang wajar atau mungkin malah menjadi kewajiban yang harus mereka laksanakan. Namun bagaimana jika budaya mencintai tersebut dilaksanakan secara berlebihan bahkan beralih fungsi ke portal pendewaan bagi masing-masing golongan dan kelompoknya sendiri tanpa menghiraukan golongan atau kelompok lain?
Ya, budaya mencintai kelompok dan golonganya sendiri secara berlebihan inilah yang disebut chauvinisme.  Kalau dalam lingkup suatu Negara terdapat perbedaan tipis antara chauvinism dengan nasionalisme. Pengertian chauvinisme bagi suatu Negara identik dengan rasa cinta tanah air dengan menganggap bangsa dan ras lain jauh berada dibawah kelompoknya. Contohnya seperti yang dikemukakan oleh A Hitler dengan kalimat “Deutschland Uber”. Alles in der Welt (Jerman di atas segala-galanya dalam dunia) yang merupakan slogan pendewaan bagi Negara jerman.
Kita semua terlanjur munafik jika berurusan dengan istilah chauvinisme ini. Kenapa? Karena hampir di semua Negara atau bangsa chauvinism tumbuh, membangun pagar pemisah kasat mata. Chauvinism menimbulkan perbedaan arti terhadap rasa cinta terhadap golongan atau kelompoknya sendiri. Chauvinisme memunculkan pembatas di antara individu dan kelompok lain yang berbeda.
Sebuah contoh nyata bagi para mahasiswa adalah chauvinism dalam portal kampus. Ketika awal mula penerimaan mahasiswa baru, solidaritas mereka para  mahasiswa baru, tumbuh hanya di antara satu kelompok atau golongan yang berasal dari daerah yang sama saja. Mereka enggan bersosialisasi dengan kelompok lain di sekitar mereka. Misalnya seperti ini, jika saya sedang berada di daerah A, sedang saya berasal dari daerah B. Maka biasanya saya akan mencari teman dari daerah B terlebih dahulu sebelum mencari teman dari daerah A. Mengapa? Karena akan lebih mudah menerima persamaan budaya dibandingkan perbedaanya saat kita merasa asing dengan daerah tertentu.
Yah, Itu contoh nyata yang kita lihat di kampus. Para mahasiswa baru cenderung bergaul dengan mereka yang berasal dari satu daerah dan enggan berkumpul bersama mereka yang berasal dari daerah lain.
Potret virus chauvinisme ini bahkan juga merebak di lingkup fakultas. Masing-masing mahasiswa dari jurusan yang berbeda cenderung akan mengagung-agungkan jurusanya sendiri. Mereka bahkan enggan memuji dan mengakui kelebihan dari jurusan lain. Bagi mereka jurusan mereka lah yang paling utama, paling bagus, paling keren. Mereka mendewakan jurusan masing-masing. Memberi supporter yang berlebihan hingga menimbulkan perbedaan dan kesenjangan.(Hilda Inaya I )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar